Saturday, November 3, 2012

VORTISISME (Bagian 10)


بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Pengertian dan Latar Belakang
Futurisme adalah akselerasi imajinasi, yang tampak berstimulan melalui bidang datar, dan juga tampak kesan cubo-futurisme dari Nude Descending a Staircase-nya Marchell Duchamp. Sedangkan Vortisisme menghadirkan akselerasi ini secara mendalam, menghasilkan perspektif yang intensif dan cepat, sebagai sebuah vortex. Pound menulis: ―Imaji ini bukan suatu ide, namun suatu kumpulan yang saya bisa dan harus dipaksakan, yaitu vortex, dari dan melalui apa gagasan diwujudkan. Orang dapat menyebutnya dengan vortex‖. Maka dari sinilah berkembang menjadi Vortisisme.
Ezra Pound membedakan Vortisisme dari Futurisme. Futurisme berakar dari Impresionisme yang berlawanan dengan Vortisisme yang intensif. Dalam perkembangannya para seniman menyadari bahwa dirinya dipengaruhi oleh aliran kubisme dan futurisme.
Vortisisme pada awalnya cenderung mengacu pada karya seorang seniman abstrak Inggris, Wyndham Lewis. Lewis pada tahun 1956 di galeri Tate London mengadakan pameran yang diberi judul Wyndham Lewis dan Vortisisme. Majalah yang berjasa mempublikasikan ulasan dan apresiasi karya-karya Vortisisme ialah majalah BLAST. Lewis sebagai salah seorang penulis yang banyak menulis artikel tentang berbagai peristiwa seni terpenting di Inggris . Selain karya Lewis, ada pula karya Roberts, Edward Wadsworth, Frederick Etchells yang dipublikasikan melalui BLAST. Seorang desainer El Lissitzky dalam tulisannya ―Masa Depan Buku‖ tahun 1926 menyatakan bahwa BLAST sebagai salah satu penganut tipografi baru yang merupakan revolusi desain di tahun duapuluhan dan tigapuluhan. Artikel BLAST ini dan surat-surat Edward Johnston tahun 1917 merupakan kontribusi perkembangan desain modern yang penting milik Inggris dan dipadukan dengan inovasi tipografi De Stijl, Bauhaus, dan desainer Rusia seperti Rodchenko dan Lissitzky.

Tokoh dan Karyanya

Karya Wadsworth dan Lewis tampak seperti mendapat inspirasi dari perkembangan teknik fotografi, perkembangan teknologi, dan arsitektur. Namun karya Wadsworth lebih hangat, dengan memasukkan beberapa aspek dari gaya Kandinsky secara teoritis. Karya Lewis tampak dinamik, tidak terorganisir seperti karya Wadsworth, sangat kuat dan terkadang brutal, penuh tenaga.
Seniman lain yang tergolong bergaya Vortisisme ialah David Bomberg, walaupun secara formal dia bukanlah vortisis. Dia digolongkan ke dalam aliran itu karena karya perdananya ―Mandi Lumpur dan ―Dalam Genggaman‖, dan karya litografi serinya pada majalah Russian Ballet. Karyanya tersebut berkecenderungan abstrak. Bomberg berkarya lebih bebas, namun liris, dan kekuatan tampak pada permainan warna. Komposisinya lebih banyak ke arah diagonal.
Kebrutalan gaya Vortisisme, tampak pada karya Epstein. Lukisannya seperti mendekati konsep mekanikal, seperti juga karya terakhir Henri Gaudier-Brzeska, pematung muda Perancis yang bekerja di London, memperlihatkan pengaruh kuat gagasan Vortisisme yang berenergi dinamik. Menurutnya kebrutalan bukan identik dengan kualitas lukisan, namun lebih dalam kehidupan, dan kesentimentalan.
Kebrutalan tenaga merupakan karakteristik Vortisisme. Penganut terbaik aliran ini mendapat pengaruh kuat dari kesan mekanik yang barbar, kepedulian terhadap kebrutalan dengan ketidakbertanggungjawaban kontrol lingkungan yang kurang dalam ide seni kubisme dan romantiknya seni Futurisme. Hal inilah yang merupakan bentuk kontribusi yang signifikan dari aliran Vortisisme pada perkembangan seni abad ke-20.

0 komentar "VORTISISME (Bagian 10)", Baca atau Masukkan Komentar

Post a Comment